Bila Koas dan Dokter bertukar cerita tentang
keseharian hidup dan permasalahan yang digeluti, akan sangat menarik mendapati
bahwa disana juga terdapat beraneka ragam narasi, ironi, kelucuan, kegembiraan,
kesedihan dan tentu saja hikmah kehidupan.


Para dokter dari yang masih pendidikan di rumah sakit hingga yang terdampar di pelosok
kepulauan Indonesia, adalah terdiri dari beraneka ragam kepribadian dan kelemahan-kelemahan manusiawi. Meski begitu, karya mereka dituntut berkualitas sesempurna buatan dewata, berpolah sehalus bidadari dan beretika nabi-nabi.


Nun dekat maupun jauh di pelosok sana, di hamparan puak-puak, suku-suku dan manusia modern kota besar, berjejal insan-insan yang menanti bakti mereka.
Seperti petikan sebuah lagu banyolan dari masa plonco : di kota dan di desa, mengabdi bagiku sama saja

Maka kami dedikasikan blog ini sebagai tempat singgah maya bagi rekan sejawat untuk saling bertukar kisah dan pengalaman, bertukar informasi mengenai kondisi kesehatan anak bangsa di berbagai penjuru negeri, berbagi ilmu dan kebijaksanaan sekaligus tentu saja sebagai sarana silaturrahmi.

Hingga boleh suatu saat kita berkata, di dunia mayapun kami mengabdi.



Rabu, 14 Juli 2010

Pohon Di Tepi Jalan


Aku ingin seperti pohon di tepi jalan, tumbuh ia dari benih unggulan, berasal dari hutan yg jauh, bijinya diterbangkan oleh burung pengelana, lalu jatuh ke semak tak bertuan, pada sebuah tanah yg dipilihkan Tuhan. Beranjak besar ia oleh asuhan alam, diguyur hujan dan di panggang matahari, musim telah membimbingnya menjadi kuat, akarnya menukik ke pusat gravitasi, batangnya kokoh seperti pilar istana, dahan rantingnya layaknya tangan-tangan yang berdoa gemulai menghadap ke langit. Sekali dua kali ia patah, namun ia tak menyerah, berganti dahan yang lebih indah dan lebih kuat. Daun-daunnya rimbun bergoyang seperti bernyanyi, lebih tepatnya berdzikir; bertasbih memuji.

Aku ingin seperti pohon di tepi jalan, bebas berdiri berdamai dengan kehidupan, menghirup udara yang bersih, menghisap air dan saripati yang suci. Merdeka tanpa seteru dan sengketa. Bersahabat dengan siapa saja. Bila hujan datang ia tahu bahwa itu sumber kebaikan, bila kemarau tiba ia sadar itu kesempatan untuk belajar bertahan, bila badai berkunjung ia mengerti alam hendak mengajarnya menjadi kuat, bila petir menyambar ia paham saatnya belajar tentang keteguhan dan keberanian. Bahwa setiap kehendak Tuhan datang dengan sebuah alasan, datang untuk membawa kebaikan.

Aku ingin seperti pohon di tepi jalan, bersyukur dan berbahagia atas kehidupan. Senang bila burung berkunjung, gembira bila musafir berteduh, tak mengusik serangga yang membuat sarang pada rantingnya. Hadir ia untuk memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi kehidupan. Akar dan kulitnya adalah obat, dahan dan rantingnya serba guna, daunnya menjadi pabrik oksigen yg begitu penting, bunganya adalah hiasan, juga buahnya lezat bukan mainan. Bahkan bila mati pun ia kembali menjadi pupuk bagi alam. Ia adalah sumber inspirasi kebaikan.

Aku ingin seperti pesan ayahanda Abu Bakar As Siddiq; " Hiduplah engkau seperti pohon yg tumbuh di tepi jalan, dilempari ia dengan batu, lalu dibalasnya dengan buah." Bagaimana denganmu kawan?-n