Bila Koas dan Dokter bertukar cerita tentang
keseharian hidup dan permasalahan yang digeluti, akan sangat menarik mendapati
bahwa disana juga terdapat beraneka ragam narasi, ironi, kelucuan, kegembiraan,
kesedihan dan tentu saja hikmah kehidupan.


Para dokter dari yang masih pendidikan di rumah sakit hingga yang terdampar di pelosok
kepulauan Indonesia, adalah terdiri dari beraneka ragam kepribadian dan kelemahan-kelemahan manusiawi. Meski begitu, karya mereka dituntut berkualitas sesempurna buatan dewata, berpolah sehalus bidadari dan beretika nabi-nabi.


Nun dekat maupun jauh di pelosok sana, di hamparan puak-puak, suku-suku dan manusia modern kota besar, berjejal insan-insan yang menanti bakti mereka.
Seperti petikan sebuah lagu banyolan dari masa plonco : di kota dan di desa, mengabdi bagiku sama saja

Maka kami dedikasikan blog ini sebagai tempat singgah maya bagi rekan sejawat untuk saling bertukar kisah dan pengalaman, bertukar informasi mengenai kondisi kesehatan anak bangsa di berbagai penjuru negeri, berbagi ilmu dan kebijaksanaan sekaligus tentu saja sebagai sarana silaturrahmi.

Hingga boleh suatu saat kita berkata, di dunia mayapun kami mengabdi.



Sabtu, 24 Januari 2009

Sekuele Ekspedisi Misol; Sebuah catatan perjalanan




" Dari Sabang sampai Merauke
berjajar pulau-pulau
sambung-menyambung menjadi satu
itulah Indonesia”

Lamat terdengar lagu ini, dari balik rumah berdinding kayu, membawa kenang ke masa kecil saat di halaman sekolah di bawah bendera. Selalu berulang lagu ini dibawakan dengan lantang membawa kebanggaan khas anak-anak akan negeri yang katanya kaya raya.

Lalu hari ini di sebuah negeri yang tanahnya dibelai ombak dan semilir anginnya membawa aroma samudra, ketika terdengar kembali lagu itu, lagu yang membangkitkan kembali rasa bangga, tapi tentu rasa bangga yang beda, bercampur haru dan syukur sekaligus kesadaran akan sebuah amanah yang besar dari Tuhan.

Ekspedisi Misol 15-22 Desember 2008
Seperti tak ada kata yang dapat kutemukan untuk melukis dengan tepat keindahan negeri ini. Seolah disini adalah dunia lain, dunia yang hanya memelihara keindahan di atasnya. Inilah ekspedisi yang sungguh mengesankan, sepekan di Misol, seluruh hari hanyalah kekaguman yang tak selesai. Perjalanan ini adalah sebuah ekspedisi tim MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) bersama dengan TNC (The Nature Conservancy) dalam rangka memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat yang tersebar diwilayah ini sampai menyisir jauh di pulau-pulau kecil dan terpencil hingga perkampungan yang tersembunyi di muara dan selat.

Misol adalah sebuah pulau yang terletak di antara ratusan gugus pulau Kab Raja Ampat Papua Barat, berbatasan dengan Kepulauan Ternate di bagian barat, bersebelahan dengan Maluku di selatan, Samudra Pasifik di bagian Utara, dan daratan Papua di bagian timurnya. Dengan perairan yang terletak di jantung segitiga karang dunia menominasikannya sebagai pemilik sumber biota laut laut terkaya di dunia. Dan berhak menyandang sebagai salah satu situs warisan dunia yang harus dijaga dan dilestarikan.

Menyusuri Misol adalah perjalanan yang membangkitkan rasa bangga yang haru, berjalan melintasi lautan di belantara pulau karang layaknya mutiara hijau yang di tebar begitu saja, kawanan lumba-lumba dan panorama bawah laut adalah keindahannya yang lain. Terlebih saat senja di laut Misol adalah pesona alam yang tak terbantahkan, cahaya jatuh dari langit membuat riak laut bersalut keemasan tak bertepi.

Inilah yang menghadirkan sadar yang jujur, bahwa sejatinya betapa kaya negeri ini, luas terbentang laut dan pulau berselang-seling, dengan keindahan yang tak tanggung-tanggung. Namun satu pesan yang terbawa dari negeri indah ini, dari sekian banyak kampung yang dikunjungi, sumber daya manusia masih belum memadai, terkhusus bidang kesehatan umumnya masih sangat memprihatinkan, tak satupun dijumpai tenaga dokter. Dokter bagi mereka masih menjadi makhluk langka dan istimewa.

Maka ini adalah sebuah tantangan bagi dokter-dokter muda idealis, yang hendak mendedikasikan diri bagi kemanusiaan. Hadir disini adalah sebuah bentuk pengabdian yang amat dinantikan.@anwasmer-c

Harapan Jaya-Misol Selatan, 19 Desember 2008

Kamis, 15 Januari 2009

Misi Gempa Papua Barat; Kembali ke Distrik Abun

Dikutip dari website MER-C (http://www.mer-c.org/)

Setelah sempat tidak bisa menepi ke Distrik Abun karena ombak yang besar, Tim MER-C esok harinya (6/1) mencoba kembali berangkat ke Distrik Abun dengan menggunakan speedboat. Cuaca pada hari itu lebih sedikit bersahabat walaupun ombak masih agak besar. Setelah menempuh 5 jam perjalanan laut, Tim MER-C (dr. Anwas Nurdin dan Bambang) akhirnya bisa mencapai Distrik Abun.
Di Distrik Abun, Tim MER-C merupakan Tim medis pertama yang tiba di wilayah ini. Saat tiba di lokasi bencana tim medis MER-C bertemu dengan pasukan TNI. Daripengamatan Tim MER-C, di antara Distrik Saosapor dan Mega, Distrik Abun adalah wilayah yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempa.
Hari itu, Tim MER-C mengunjungi 2 kampung, yaitu Kampung Wau dan Waibe. Di Wau sekitar 50 rumah (50 KK) mengalami kerusakan, terdiri dari 42 rumah rata dengan tanah, 8 rumah rusak parah. Untuk korban, di Wau ada 2 orang meninggal dunia, sementara 2 orang lagi harus di evakuasi oleh Tim MER-C ke RSUD Sorong. Jumlah pasien yang ditangani Tim MER-C di pengungsian sebanyak 35 orang.
Sedangkan di Kampung Waibe, jumlah pasien yang berada di pengungsian berjumlah 66 pasien yang berasal dari 28 KK. Dari 25 rumah yang ada di kampung ini, 4 rumah rata dengan tanah, 13 rumah rusak berat, 1 gereja juga mengalami kerusakan. Untuk korban jiwa, 1 orang meninggal dunia, 1 orang luka berat dan harus dievakuasi ke RSUD Sorong.
Tiga pasien yang harus di evakuasi, dibawa oleh Tim MER-C dengan menggunakan speedboat ke RSUD Sorong untuk mendapat penanganan medis yang lebih baik.
Esoknya (8/1), Tim MER-C (dr. Fikry kembali ke Distrik Abun lagi untuk mengunjungi kampung lain yang juga terkena gempa. Tim yang bertugas adalah dr Fikry dan Abdul Azis.

Misi MER-C untuk Gempa Papua Barat

Di Kutip dari website MER-C (www.mer-c.org)

Meski gempa sesekali masih terus mengguncang Manokwari dan sekitarnya, 5 relawan medis MER-C yang saat ini sedang bertugas di Klinik Sosial BNI dan MER-C wilayah Sorong tetap bergerak menuju wilayah Utara Sorong yang berbatasan langsung dengan Manokwari, wilayah yang diguncang gempa 7,2 SR pada hari Minggu (4/1) lalu. Kelima relawan MER-C BNI itu adalah dr. Fikry Firdaus, dr. Anwas Nurdin, dr. Adianty Kartika, perawat Abdul Ajis dan Bambang. Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sorong, akhirnya dr. Zackya Yahya Setiawan, Sp.Ok. (Koordinator MER-C untuk wilayah Indonesia Timur) membagi relawan menjadi 3 Tim untuk disebar ke 3 wilayah di Sorong Utara yang terkena dampak gempa.
Senin (5/1) pada pukul 07.00 pagi waktu setempat (1 hari paska bencana), Tiga Tim BNI MER-C bergegas ke lokasi bencana. Tim I terdiri dari dr. Fikry Firdaus dan perawat dari Dinkes Sorong bertugas ke Distrik Saosapor. Tim II terdiri dari dr. Adianty Kartika dan Perawat Abdul Ajis bertugas ke Distrik Mega. Dan Tim III dr. Anwas Nurdin dan Perawat Bambang bertugas ke Distrik Abun yang merupakan Distrik yang terdekat dengan Manokwari.

Perjalanan ketiga Distrik ini ditempuh melalui jalur laut dengan masing-masing Tim menggunakan speedboat. Kondisi cuaca yang kurang bersahabat dan ombak yang besar menyebabkan perjalanan terasa lebih lama dan panjang. Perjalanan ke lokasi memakan waktu sekitar 3 – 4 jam dengan speedboat. Perjalanan ke Distrik Abun yang memakan waktu paling lama, yaitu mencapai 5 jam.

Namun, Tim III yang bertugas ke Distrik Abun dengan berat hati terpaksa harus kembali ke Sorong. Ombak yang besar menyebabkan speedboat yang ditumpangi Tim tidak dapat menepi ke pantai. Sementara 2 tim yang menuju Sausapor dan Mega, akhirnya berhasil menepi dan tiba di lokasi dengan selamat. Ternyata, Tim MER-C adalah Tim Medis pertama yang tiba di wilayah Saosapor dan Mega.

Dari pantauan Tim MER-C, di Distrik Sausapor sekitar 53 bangunan warga rusak akibat gempa dan 8 orang mengalami luka sedang. Tim MER-C segera mengunjungi titik-titik pengungsian di masing-masing Distrik dan melakukan pengobatan. Situasi pengungsian masih ramai. Warga mengaku masih takut pulang ke rumah mereka karena gempa susulan yang masih kerap terjadi. Di Distrik ini Tim MER-C memberi pelayanan medis kepada 100 orang korban gempa.

Sementara di Distrik Mega, Tim MER-C juga mengunjungi titik-titik pengungsian dan memberi pelayanan medis pada sekitar 43 pengungsi korban gempa.

Setelah menyusuri titik-titik pengungsian, esok harinya (6/1) Tim I dan Tim II memutuskan untuk kembali ke Sorong guna mempersiapkan obat-obatan tambahan dan mencari informasi wilayah lain yang belum terjamah bantuan medis.

Setibanya kedua Tim MER-C di Sorong, Dinkes Kabupaten Sorong langsung meminta relawan MER-C untuk bergabung dengan Tim Dinkes Sorong karena Dinkes akan membagi-bagikan bantuan logistik ke tempat-tempat pengungsian di kabupaten Sorong yang juga terkena dampak gempa. Relawan Medis MER-C dalam kegiatan ini bertugas untuk memberi pengobatan kepada pengungsi. Dr. Zackya Yahya selaku Koordinator Tim MER-C saat itu langsung menugaskan dr. Fikry Firdaus.

Sementara itu, Tim MER-C juga terus berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi Papua Barat untuk mencari informasi wilayah-wilayah yang belum terjamah bantuan medis khususnya di wilayah Manokwari. Menurut informasi, Pemerintah Pusat dan beberapa lembaga sudah mengirimkan bantuan ke wilayah ini. Untuk itu Tim MER-C siap membantu apabila masih ada wilayah-wilayah di Manokwari yang belum terjamah bantuan. ***